ANALISIS SISTEM TEBANG MUAT ANGKUT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PENILAIAN DI MEJA TEBU PADA PABRIK GULA JATIROTO

Perkembangan produksi tebu di Indonesia selama lima tahun terakhir cukup fluktuatif. Tahun 2017 produksi tebu (setara gula) mencapai 2,12 juta ton dan naik pada tahun 2018 menjadi 2,17 juta ton. Sedangkan pada tahun 2019 produksi tebu (setara gula) kembali meningkat menjadi 2,22 juta ton dan pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 2,13 juta ton. pada tahun 2021 produksi tebu mengalami kenaikan 2,36 juta ton (KEMENTAN, 2021). Penyebab fluktuatifnya produksi tebu adalah terjadinya penurunan produksi pada tahun-tahun tertentu sehingga diperlukan upaya peningkatan produktivitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas gula ialah menerapkan sistem budidaya tanaman tebu yang baik dan benar.
Menurut Amalia (2012), sistem budidaya tanaman tebu yang baik dan benar memperhatikan segala aspek mulai dari pemilihan varietas yang unggul, pemeliharaan tanaman tebu yang intensif hingga prosedur penebangan yang sesuai jadwal. Kegiatan teknik budidaya tanaman tebu yang sangat berpengaruh terhadap nilai kualitas dan kuantitas tebu salah satunya adalah pada saat tebang angkut. Beberapa faktor pada aspek tebang muat dan angkut yang mempengaruhi produktivitas yaitu, tinggi rendahnya rendemen tebu asli dari kebun, kebersihan tebangan saat tebu ditebang (kualitas tebang) dan jangka waktu antara tebu di tebang hingga tebu digiling. Kebersihan tebangan tebu biasanya sangat diperhatikan akan tetapi dalam beberapa akhir ini ada beberapa tebu yang memiliki kualitas penilaian di meja tebu yang kurang baik, maka dari itu penelitian ini dilakukan.
Kegiatan study kasus ini dilaksankan di kebun HGU milik PG Jatiroto, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, data yang dicantumkan dalam penulisan karya tulis ini di peroleh dari hasil wawancara dengan penebang dan juga data data yang dikumpulkan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas penilaian di meja tebu. Biasanya beberapa faktor seperti contoh kelentek 3 yang kurang optimal dan tebangan yang di lakukan tidak bersih. .
Dengan demikian, pelaksanaan study kasus ini dapat menjadi sebuah referensi bagi para pembaca untuk mengetahui penyebab penurunan kualitas di meja tebu.