PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM STEARIN DAN GLISEROL PADA PEMBUATAN LILIN AROMA TERAPI

Semakin hari, kebutuhan minyak goreng semakin meningkat karena dipakai oleh
hampir semua kalangan umum. Dengan meningkatnya kebutuhan pemakaian
minyak goreng, maka akan berbanding lurus dengan meningkatnya limbah minyak
goreng bekas (minyak jelantah) yang ditimbulkan dari pemakaian minyak goreng.
Minyak jelantah yang ada akan menjadi limbah yang mencemari lingkungan jika
tidak dilakukan pemanfaatan kembali atau di daur ulang. Minyak jelantah dapat
dimanfaatkan kembali dengan dilakukan proses reaksi transesterifikasi untuk
mendapatkan gliserin yang digunakan sebagai bahan pembuatan lilin aromaterapi
yang ditambahkan dengan parafin dan asam stearat. Lilin aromaterapi akan
menghasilkan aroma yang memberikan efek terapi apabila dibakar. Aroma lilin
dihasilkan dari minyak atsiri yang tergolong ke dalam jenis aroma yang mampu
memberikan efek terapi menenangkan dan merilekskan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui komposisi yang baik untuk menghasilkan lilin aromaterapi dan
menganalisa karakteristik yaitu kekerasan lilin, lama nyala lilin, dan uji
organoleptik aroma terapi yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan dengan
menggunakan formulasi komposisi yaitu komposisi sampel B dengan perbandingan
gliserin 30 mL, parafin 20 g, asam stearat 15 g, dan minyak atsiri kopi 5 mL dapat
menghasilkan lilin aromaterapi yang baik.