BIOPELET DARI PELEPAH SAWIT DAN AMPAS TEBU DENGAN PENAMBAHAN PEREKAT TEPUNG TAPIOKA

Pemanfaatan limbah biomassa pelepah sawit dan ampas tebu dapat dijadikan biopelet sebagai bahan bakar energi terbarukan. Limbah biomassa ini jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan sekitar perkebunan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbandingan komposisi bahan baku limbah pelepah sawit dan ampas tebu yang paling bagus, mengetahui kualitas nilai kalor biopelet dari campuran limbah pelepah sawit dan ampas tebu, dan mengetahui potensi limbah padat pelepah sawit dan ampas tebu untuk dijadikan biopelet.
Metode yang digunakan dalam pembuatan biopelet yaitu dengan proses karbonisasi, dimana proses ini menggunakan suhu ± 400ºC selama 4 jam. Campuran antara pelepah kelapa sawit dan ampas tebu untuk melihat kualitas dari setiap komposisi yang dibuat, dimana komposisi bahan baku pelepah sawit dan ampas tebu perbandingan komposisi yang digunakan sebagai berikut: (80% : 20%, 70% : 30%, 60% : 40%, 50% : 50%), dengan penambahan 15% tepung tapioka dari 50 gram campuran bahan baku. Biopelet yang dibuat akan dilakukan uji analisa pada biopelet yaitu uji kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap dan nilai kalor. Hasil pengujian biopelet diperoleh kadar air 1,456% - 2,769%, kadar abu sebesar 8,25% - 8,90%%, kadar zat mudah menguap 19,660 – 20,198%, dan nilai kalor sebesar 5766,6109 kal/g - 5995,4589 kal/g. Kualitas biopelet dari semua uji analisa memenuhi standar SNI No 8021:2014 kecuali pada uji analisa kadar abu yang tidak memenuhi standar SNI. Biopelet dengan komposisi 50% pelepah kelapa sawit: 50% ampas tebu memiliki kualitas nilai kalor yang paling tinggi sebesar 5995,4589 kal/g.